MAKALAH PENGUJIAN HAMMER TEST
BAB I
DASAR TEORI
1.1
Pengertian Beton
Beton
dibentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen, dan air dengan
perbandingan tertentu. Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang banyak
digunakan pada pekerjaan struktur di Indonesia. Mulai dari rumah, tiang
listrik, tiang pancang, pondasi, bendungan, jembatan, gedung bertingkat, dan
sebagainya. Hal tersebut menunjukan bahwa beton merupakan material bangunan
yang paling banyak digunakan di era modern ini.
Seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi, minat masyarakat dalam
penggunaan beton sebagai struktur utama suatu bangunan mengalami perkembangan
yang pesat. Hal ini menunjukan bahwa beton telah menjadi komponen yang penting
dalam dunia pembangunan. Dalam menggunakan beton sebagai bahan utama suatu
konstruksi, pelaksanaan pekerjaannya harus mempertahankan kualitas sesuai
perencanaan. Maka perlu adanya pengendalian mutu beton. Pengendalian kekuatan
beton diperlukan sebagai indikator yang memperlihatkan apakah mutunya telah
terpenuhi atau tidak. Terpenuhi atau tidaknya mutu beton akan mempengaruhi
kualitas dari bangunan yang dihasilkan.
Pada
struktur bangunan yang telah jadi, baik bangunan berusia baru maupun lama
data-data yang spesifik mengenai mutu beton dari bangunan sulit didapatkan.
Dalam hal ini perlu adanya alat yang cukup representatif untuk menguji mutu
tingkat kekuatan suatu bangunan yang sudah jadi.
Maka
perlu adanya kajian yang lebih lanjut untuk mengetahui tingkat kekuatan beton
tersebut. Secara umum pengujian kekuatan beton terbagi menjadi dua kategori
yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara pembebanan/ penekanan sampai benda
uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh informasi tentang
kekuatan dan sifat mekanik bahan (destructive test) dan pengujian yang
dilakukan tanpa merusak benda uji/ material (non-destructive test). Pada
bangunan yang sudah jadi pengujian yang bersifat destruktif tidak mungkin
dilakukan karena akan merusak struktur dan menimbulkan kerugian. Oleh karena
itu pengujian kekuatan beton pada bangunan atau struktur eksisting dilakukan
dengan menggunakan metode non- destruktif. Salah satu metode yang sering
digunakan adalah hammer test. Hammer test merupakan suatu alat pemeriksaan mutu
beton tanpa merusak beton. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan
beban tumbukan (impact) pada permukaan beton. Data hasil pengujian akan
diperoleh dalam waktu yang relatif singkat
Berdasarkan jenisnya
beton dibagi menjadi 6 jenis, yaitu:
a. Beton ringan
Beton
ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan dibandingkan
dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton
ringan pun merupakan agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya
merupakan hasil dari pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu
batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan
sekitar 800-1800 kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya
berkisar 1400 kg/m3 , dengan kekuatan tekan umur 28 hari antara 6,89 Mpa sampai
17,24 Mpa menurut SNI 08-1991-03.
b. Beton normal
Beton
normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus dan
split sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis beton antara 2200
kg/m3 – 2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15 – 40 Mpa.
c. Beton berat
Beton
berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat isi lebih
besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3 . Untuk menghasilkan beton
berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis yang besar
d. Beton massa (mass
concrete)
Dinamakan
beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar dan masif,
misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.
e. Ferro-Cement
Ferro-Cement
adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan suatu
tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan
daktil pada mortar semen.
f. Beton serat (fibre
concrete)
Beton
serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton dan bahan
lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak
sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.
Berikut ini adalah
material- material yang merupakan komposisi campuran beton : 2.2.1 Semen
Semen
merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling klinker yang didapat
dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata antara kapur dan
bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi), dengan batu gips
sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk halus ini bila dicampur
dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan digunakan sebagai
bahan ikat hidrolis. (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1989) .
Fungsi
semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat
dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun sebagai
bahan pengikat maka peranan semen sangat penting. Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi
teknik yang diberikan.
Sifat-sifat
kimia dari bahan pembentuk ini mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan,
sebagaimana hasil susunan kimia yang terjadi diperoleh senyawa dari semen
Portland. Sedangkan untuk susunan oxida semen Portland.
1.2
Pengertian Hammer Test
Selain
pengujian secara kimiawi, pengujian tidak merusak lainnya juga dapat dilakukan
dengan alat yaitu dengan hammer test. Cara ini paling sederhana, ringan, murah
dan mudah dilakukan. Jarak pantulan suatu massa terkalibrasi (yang digerakkan
oleh pegas) yang mengenai permukaan beton uji digunakan sebagai kriteria
kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini dihubungkan dengan kuat-tekan
beton normal, sehingga apabila kekerasan beton tidak relevan dengan kekuatan
tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan alat ini perlu dilakukan
kalibrasi tersendiri.
Alat
ini menganggap bahwa beton cukup homogen, sehingga perubahan mutu beton di
bagian dalam tidak dapat ditunjukkan oleh alat ini. Semakin banyak titik
pengamatan, semakin baik hasil yang diperoleh. Pengujian dengan hammer test adalah
pengujian dengan cara memukul permukaan beton yang akan diuji. Dari aksi
tersebut, akan memberikan nilai akibat pemukulan balik dari piston yang disebut
dengan rebound value (R).Sebelum alat hammer test digunakan, wajib dilakukan
pengujian anvil, yaitu suatualat untuk mengkalibrasi alat hammer test Pengujian
dilakukan secara berulang dengan rebound value rata-rata. Apabila kurang dari
nilai tersebut maka alat hammer testdinyatakan tidak layak Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui tegangan karakteristik suatukomponen beton yang
telah tercetak tanpa merusak struktur tersebut (non destructive).
Dari
pengujian ini juga digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja struktur paska
pembangunan. Secara umum hasil uji dengan cara tidak merusak, hanya untuk memberikan
indikasi (rata-rata) saja dari kekuatan tekan beton yang bersangkutan, apakah
cukup baik atau tidak memenuhi syarat. Untuk itu harus dilakukan kesepakatan
bersama antara pihak yang bersangkutan. Salah satu cara yang umum dilakukan
untuk mengetahui sisa kekuatan tekan beton yang tidak merusak adalah dengan
menggunakan alat palu beton. Alat penguji ini dikenal dengan nama Hammer Test.
Hammer
test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusakbeton. Disamping itu
dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang
relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan
memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan
suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu.
Jarak
pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan
permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah
dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini adalah jenis "Hammer".
Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada
struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini sangat
cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang
singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton,
misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan.
Oleh
karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran disekitar setiap
lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan British Standards (BS)
mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap
daerah pengujian seluas maksimum 300 m2 . Secara umum alat ini bisa digunakan
untuk Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur, Mendapatkan perkiraan
kuat tekan beton.
Secara umum alat ini bisa
digunakan untuk:
1. Memeriksa keseragaman
kwalitas beton pada struktur.
2. Mendapatkan perkiraan
kuat tekan beton.
3. Mengoreksi hasil
pengujian benda uji beton (silinder/kubus)
Kelebihan hammer test
yaitu :
1. Pengukuran bisa
dilakukan dengan cepat.
2. Mudah diaplikasikan.
3. Tidak merusak
struktur/bangunan.
4. Murah dari segi biaya.
Kekurangan dalam
penggunaan alat uji Hammer yaitu:
1. Hasil pengujian
dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat-sifat dan jenis
agregat kasar, derajad karbonisasi, umur beton dan titik pengambilan sampel
pengetesan.
2. Sulit mengkalibrasi
hasil pengujian.
3. Tingkat keakurasian
hasil pengujiannya rendah.
4. Hanya memberikan
informasi kekuatan karakteristik beton pada permukaan struktur.
Angka-angka skala
tersebut diambil nilai rata-rata (Rebound Number) = R
Hal-hal
berikut perlu di perhatikan :
a. Lapisan permukaan yang
sudah dilapisi plester harus dikupas dan permukaan beton belum di haluskan.
b. Permukaan beton harus
kering
c. Bagian beton yang
diuji harus kaku (tidak bergetar)Uji hammer ini sangat peka terhadap keadaan
lokal permukaan beton,misalnya adanya butiran besar kerikil dibawah permukaan
akan memperbesar nilai pantulan, Sebaliknya adanya pori udara dibawah permukaan
tersebut akanmenurunkan nilai pantulan.
Pemukulan
pada tempat yang sama akan memperbesar nilai pantulan jugakarena permukaan
menjadi padat. Untuk menghindari kesalahan pengukuran maka pada setiap titik
yang di periksa sebaiknya dilakukan pukulan sebanyak 10 kali pada titik pukul
yang berbeda dengan daerah permukaan yang kira-kira seluas 10mm x 100 mm.
adapun Beberapa sudut penekanan yang terdapat pada alat “STH”
Dari
Hasil rata-rata (R) kemudian dikalikan dengan angka kalibrasi alat, lalu dikonversikan
kepada kekuatan tekan (σb), sesuai dengan table kalibrasi alat dansudut
pukulan.
Catatan :
O Sebelum alat di
gunakan, sebaiknya alat dikalibrasi dahulu
O Lalu hitung angka
kalibrasinya (AK)
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1
ALAT DAN BAHAN
Alat yang di gunakan :
1. 1 Set Alat Hammer Test
2. Tabel Isian data dan
alat tulis
Bahan yang digunakan
Elemen struktur beton
yang akan di uji di lapangan (Misalnya : Kolom, Balok, dan Silinder).
2.2
LANGKAH KERJA
1. Persiapan Bahan
·
Beton yang akan di uji harus dalam keadaan
kering udara artinya tidak boleh lembab
·
Permukaan harus rata
·
Untuk beton yang sudah di plaster atau
permukaannya di lapisi sesuatu, lapisan tersebut harus dikupas terlebih dahulu
lalu ratakan permukaan betonya
·
Apabila beton yang akan diuji adalah beton
lama yang mana permukaannya sudah mengalami pelapukan, maka permukaannya harus
dikupas terlebih dahulu kurang lebih 12 mm
·
Serpihan-serpihan kerak harus dibersihkan lalu
permukaannya diasah rata
2. Menentukan koefisien
kalibrasi
·
Menyiapkan yang akan digunakan berupa
hammer test dan Anvil test
·
Melakukan pengujian kalibrasi pada hammer
test sebanyak 20 kali tumbukan
·
Menghitung koefisien kalibrasi hammer test
dari rata-rata hasil pembacaan tumbukan
3. Pelaksanaan
·
Menyiapkan alat yang digunakan berupa
hammer test dan anvil test
·
Menentukan titik elemen struktur yang akan
dibuat sebagai bidang uji
·
Jarak pukulan yang satu dengan yang
lainnya tidak kurang dari 5 cm. sebaiknya diambil bidang yang lebih luas,
misalnya 15 x 20 cm, sehingga pada setiap titik uji dapat dilakukan pemukulan
sekitar 15-20 pukulan
·
Untuk setiap titik uji diperoleh 15 angka
rebound (r), pada pembacaan skala dari setiap pukulan hammer test
·
Dari hasil rata-rata (R) kemudian dikalikan
dengan angka kalibrasi alat, lalu di konversikan kepada kekuatan tekan (σb),
sesuai dengan tabel kalibrasi alatdan sudut pukulan.
·
Mendapatkan titik sebanyak mungkin
·
Benda uji harus berumur tidak kurang dari
7 hari dan sebiknya diuji pada umur hari ke 28.
BAB III
ANALISA DAN
PEMBAHASAN
3.1
Analisa dan Pembahasan
·
Kalibrasi Alat
Pada
alat Anvil test tertulis 75+/-2dan rata– rata Rebound Number (R) yang di
peroleh berdasarkan pengujian Anvil test di Laboratorium = 71.325 (nilai alat
Anvil test73– 77), berarti pembacaan angka – angka skala pada alat “Hummer
test” yang digunakan perlu dikalibrasi nilai tengah (73+77)/2 = 75
·
Data hasil perhitungan pembacaan alat
hammer test
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melakukan
pengujian Hammer Test maka diperoleh nilai kuat tekansebagai berikut :
Kuat tekan beton Kolom = 15,237 N/mm2
Kuat tekan beton Balok = 11,046 N/mm2
DAFTAR
PUSTAKA
https://id.scribd.com/embeds/397684456/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf,
diakses tanggal 25 November 2021
https://dokumen.tips/documents/laporan-pengujian-hammer-test.html,
diakses tanggal 25 November 2021
Ichsan,
Muhammad, dkk, 2021, Analisa Perbandingan
Hammer Test Dan Compression Testing Machine Terhadap Uji Kuat Tekan Beton,
Vol. 17, No. 1, Hal. 41-42
Josua
Sumajou, Angga, dkk, 2018, Perbandingan
Kuat Tekan Menggunakan Hammer Test Pada Benda Uji Portal Beton Bertulang Dan
Menggunakan Mesin Uji Kuat Tekan Pada Benda Uji Kubus, Vol. 6, No. 11, Hal.
941-943
Indra
Dharmawan, weka, dkk, 2016, Perbandingan
Nilai Kuat Tekan Beton Menggunakan Hammer Test dan Compression Testing Machine
terhadap Beton Pasca Bakar, Vol, 22, No. 1, Hal. 37
Komentar
Posting Komentar