Pengujian Bending Transversal



BAB I

DASAR TEORI

 

1.1  Pengertian Bending Test

Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).

Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada material.

Tegangan luluh ( Yield Stress ).

Gambar 1 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada bahan uji.

https://i0.wp.com/detech.co.id/wp-content/uploads/2020/06/Skema-Pengujian-Tekuk-pada-Bahan-Uji.jpg

Gambar Skema Pengujian Tekuk pada Bahan Uji

Setelah menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung harus diperiksa dari kemungkinan adanya retak atau cacat permukaan yang lain. Apabila spesimen mengalami patah (fracture) setelah ditekuk, maka spesimen dinyatakan gagal uji (rejected). Namun jika tidak patah maka kriteria keberterimaan seperti jumlah retak, dimensi retak atau cacat permukaan lain yang terlihat pada permukaan harus disesuaikan dengan standar yang diacu. Adanya retak pada sisi ketebalan atau sudut-sudut spesimen tidak dinyatakan sebagai kegagalan pengujian.

Kecuali dimensinya melebihi ukuran yang ditentukan oleh standar. Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji tekuk bending dibedakan menjadi 2, yaitu transversal bending dan longitudinal bending. Apabila kedua jenis pengujian tersebut digunakan pada benda hasil pengelasan, maka pemotongan area pengelasan harus disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual setelah benda ditekuk. Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal maupun HAZ.

Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis. Moduluselastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis. Moduluselastis juga berarti perbandingan tegangan dengan regangan pada daerah elastis.Material yang lentur (tidak kaku) adalah material yang dapat mengala miregangan bila diberi tegangan atau bebantertentu. Tegangan atau beban yang diberikan padaspecimen uji (ST 37) haruslah dibawah harga beban maksimum agar specimen tidakmengalami deformasi plastis. Pada praktikum uji bending kali ini metode yang dipakaiadalah three point bending.

1.2  Tranversal Bending

Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga  :

a.       Face Bend ( Bending pada permukaan las )


Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis perbatasan WM dan HAZ ).

b.      Root Bend ( Bending pada akar las )

Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).


c.       Side Bend ( Bending pada sisi las ).

Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las. Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/4 inchi (19 mm). Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).


BAB II

METODE PENGUJIAN

 

2.1 Peralatan

1. Spesimen uji bending untuk face transversal bend

2. Spesimen uji bending untuk root transversal bend

3. Batu gerinda kasar

4. Batu gerinda Halus

2.2 Bahan-Bahan

1. Mesin uji bending

2. Gerinda tangan

3. Kacamata pelindung

4. Kaca pembesar

5. Jangka sorong

6. Stamping

7. Palu

2.3 Gambar Kerja

a.       Luasan yang harus digerinda pada face transversal bend

b.      Luasan yang harus digerinda  pada root tranversal bend

 

2.4 Prosedur Praktikum

1. Menyiapkan Spesimen

a. Mengambil spesimen& yang dilanjutkan dengan menggerinda pada permukaan yang akan diamati pada daerah weld metal& 8A9& dan sedikit base metal. ,anjang luasan yang digerinda sekitar 4: mm

b. Menggerinda sudut-sudut spesimen di atas sehingga membentuk radius.,ada pr%ses menggerinda& digunakan batu gerinda kasar terlebih dahulu.Setelah rata baru digerinda dengan batu gerinda yang halus.

c. Mengulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.

2. Kodifikasi

Mengambil stamping dan menandai tiap specimen dengan kode berikut :

a.       F untuk specimen dan mengukur dimensinya

b.      R untuk kode specimen root bend

3. Mengukur Dimensi

a. Mengambil specimen dan mengukur dimensinya

b. Mencatat kode specimen dan mendata pengukurannya pada lembar kerja

c. Mengulangi langkah diatas untuk seluruh specimen

4. Penentuan diameter mandel

Berdasarkan tabel spesimen tersebut diatas tentukan diameter mandrel yang akan digunakan.

5. Pengujian pada mesin bending

a. Mengambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat

b. Menseting beban dan memberikan beban secara kontinyu

c. Mengambil spesimen dan mengamati permukaannya. Bila terdapat cacat, diukur dan dicatat pada lembar kerja bentuk, dimensi, tempat dan jenis cacat.

d. Mengulangi langkah di atas untuk seluruh specimen

 

 

 

 

 

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

 

3.1 Analisa Data

3.2 Pembahasan

Hasil result, type of discontinuity dari pengujian bending yang telah dilakukan pada kedua materian root bend ataupun face bend adalah open discintiuty yang artinya terjadi perpatahan pada daerah weld. Sehingga material uji dapat dikatakan tidak lulus pengujian karena tidak memenuhi standar ASME SEC V.

3.3 Kriteria Penerimaan Uji Bending

Uji bending dapat diterima apabila telah memenuhi kriteria ASME sebagai berikut

1.      Pada daerah WELD dan HAZ ukurannya tidak melebihi 1/8 inch yang diukur dari segala arah permukaan

2.      Cacat pada sudut diabaikan kecuali akibat SI (Slag Inclusion) dan IF (Incomplate Fusion) dan Internal Discontinuties.

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

4.1 Kesimpulan

Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa welding yang telah dilakukan pada material tidak sempurna karena cacat yang diperoleh pada pengujian bending adalah open discuntinuty yang artinya terjadi perpatahan pada daerah welding. Cacat yang diperoleh tidak memenuhi standar kriteria kelulusan yang artinya benda tersebut ditolak atau reject.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://id.scribd.com/embeds/311784979/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFeexf7r1bzEfWu3HKwf, Diakses tanggal 14 November 2021 (Ach Arif Setiawan)

Firmansyah, https://www.detech.co.id/bending-test/, Diakses tanggal 14 November 2021

https://dokumen.tips/download/link/laporan-1-bending, Diakses tanggal 14 November 2021

https://pdfslide.tips/download/link/laporan-bending-jadi, Diakses tanggal 14 November 2021

Muhammad Aziz H, 2019, Laporan Pengujian Bending, Hal. 4-5, Polines, Samarinda

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUJIAN GRAFIK TEGANGAN – REGANGAN SEBENARNYA DAN SIFAT MEKANIK DARI GRAFIK UJI TARIK

MAKALAH PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON