Pengujian Bending Transversal
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Pengertian Bending Test
Pengertian Uji tekuk
(bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu
suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan mandrel atau
pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan
uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan oleh jarak
yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua
buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam pemberian beban
dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
yaitu:
Kekuatan tarik ( Tensile
Strength ).
Komposisi kimia dan
struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada material.
Tegangan luluh ( Yield
Stress ).
Gambar 1 berikut ini memperlihatkan
skema pengujian tekuk pada bahan uji.
Gambar
Skema Pengujian Tekuk pada Bahan Uji
Setelah
menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung harus diperiksa dari
kemungkinan adanya retak atau cacat permukaan yang lain. Apabila spesimen mengalami
patah (fracture) setelah ditekuk, maka spesimen dinyatakan gagal uji
(rejected). Namun jika tidak patah maka kriteria keberterimaan seperti jumlah
retak, dimensi retak atau cacat permukaan lain yang terlihat pada permukaan
harus disesuaikan dengan standar yang diacu. Adanya retak pada sisi ketebalan
atau sudut-sudut spesimen tidak dinyatakan sebagai kegagalan pengujian.
Kecuali
dimensinya melebihi ukuran yang ditentukan oleh standar. Berdasarkan posisi
pengambilan spesimen, uji tekuk bending dibedakan menjadi 2, yaitu transversal
bending dan longitudinal bending. Apabila kedua jenis pengujian tersebut
digunakan pada benda hasil pengelasan, maka pemotongan area pengelasan harus
disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
kualitas hasil pengelasan secara visual setelah benda ditekuk. Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu
bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu
uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan
kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal maupun HAZ.
Kekakuan
adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis. Moduluselastisitas
(E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis. Moduluselastis
juga berarti perbandingan tegangan dengan regangan pada daerah elastis.Material
yang lentur (tidak kaku) adalah material yang dapat mengala miregangan bila
diberi tegangan atau bebantertentu. Tegangan atau beban yang diberikan
padaspecimen uji (ST 37) haruslah dibawah harga beban maksimum agar specimen
tidakmengalami deformasi plastis. Pada praktikum uji bending kali ini metode
yang dipakaiadalah three point bending.
1.2 Tranversal Bending
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak
lurus dengan arah pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi
pengamatan, pengujian transversal bending dibagi menjadi tiga :
a. Face Bend
( Bending pada permukaan las )
![]() |
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis perbatasan WM dan HAZ ).
b. Root Bend (
Bending pada akar las )
Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar
las mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan
dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau
tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ).
![]() |
c. Side Bend
( Bending pada sisi las ).
Dikatakan side bend jika
bending dilakukan pada sisi las. Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di
las lebih besar dari 3/4 inchi (19 mm). Pengamatan dilakukan pada sisi las
tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya,apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan
WM dan HAZ).
![]() |

BAB II
METODE PENGUJIAN
2.1
Peralatan
1. Spesimen uji bending untuk face transversal bend
2. Spesimen uji bending untuk root transversal bend
3. Batu gerinda kasar
4. Batu gerinda Halus
2.2
Bahan-Bahan
1. Mesin uji bending
2. Gerinda tangan
3. Kacamata pelindung
4. Kaca pembesar
5. Jangka sorong
6. Stamping
7. Palu
2.3
Gambar Kerja
a.
Luasan yang harus digerinda pada face
transversal bend
b.
Luasan yang harus digerinda pada root tranversal bend
2.4 Prosedur Praktikum
1.
Menyiapkan Spesimen
a.
Mengambil spesimen& yang dilanjutkan dengan menggerinda pada permukaan yang
akan diamati pada daerah weld metal& 8A9& dan sedikit base metal.
,anjang luasan yang digerinda sekitar 4: mm
b.
Menggerinda sudut-sudut spesimen di atas sehingga membentuk radius.,ada pr%ses
menggerinda& digunakan batu gerinda kasar terlebih dahulu.Setelah rata baru
digerinda dengan batu gerinda yang halus.
c.
Mengulangi langkah diatas untuk seluruh spesimen.
2.
Kodifikasi
Mengambil
stamping dan menandai tiap specimen dengan kode berikut :
a. F
untuk specimen dan mengukur dimensinya
b. R
untuk kode specimen root bend
3.
Mengukur Dimensi
a.
Mengambil specimen dan mengukur dimensinya
b.
Mencatat kode specimen dan mendata pengukurannya pada lembar kerja
c.
Mengulangi langkah diatas untuk seluruh specimen
4.
Penentuan diameter mandel
Berdasarkan tabel
spesimen tersebut diatas tentukan diameter mandrel yang akan digunakan.
5.
Pengujian pada mesin bending
a.
Mengambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat
b.
Menseting beban dan memberikan beban secara kontinyu
c.
Mengambil spesimen dan mengamati permukaannya. Bila terdapat cacat, diukur dan
dicatat pada lembar kerja bentuk, dimensi, tempat dan jenis cacat.
d.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh specimen
BAB III
ANALISA DAN
PEMBAHASAN
3.1
Analisa Data
3.2
Pembahasan
Hasil
result, type of discontinuity dari pengujian bending yang telah dilakukan pada
kedua materian root bend ataupun face bend adalah open discintiuty yang artinya
terjadi perpatahan pada daerah weld. Sehingga material uji dapat dikatakan
tidak lulus pengujian karena tidak memenuhi standar ASME SEC V.
3.3
Kriteria Penerimaan Uji Bending
Uji bending dapat
diterima apabila telah memenuhi kriteria ASME sebagai berikut
1. Pada
daerah WELD dan HAZ ukurannya tidak melebihi 1/8 inch yang diukur dari segala
arah permukaan
2. Cacat
pada sudut diabaikan kecuali akibat SI (Slag Inclusion) dan IF (Incomplate
Fusion) dan Internal Discontinuties.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari
percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa welding yang
telah dilakukan pada material tidak sempurna karena cacat yang diperoleh pada
pengujian bending adalah open discuntinuty yang artinya terjadi perpatahan pada
daerah welding. Cacat yang diperoleh
tidak memenuhi standar kriteria kelulusan yang artinya benda tersebut ditolak
atau reject.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/embeds/311784979/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFeexf7r1bzEfWu3HKwf,
Diakses tanggal 14 November 2021 (Ach Arif Setiawan)
Firmansyah,
https://www.detech.co.id/bending-test/,
Diakses tanggal 14 November 2021
https://dokumen.tips/download/link/laporan-1-bending,
Diakses tanggal 14 November 2021
https://pdfslide.tips/download/link/laporan-bending-jadi,
Diakses tanggal 14 November 2021
Muhammad
Aziz H, 2019, Laporan Pengujian Bending, Hal. 4-5, Polines, Samarinda
Komentar
Posting Komentar