Laporan Praktikum Tensile Test

 

MAKALAH

TENSILE TEST

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Penyusun :

 

 

 

 

NAMA

MOH HASAN H.I

NRP

1020040006

KELAS

PL3A

 

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2021

 

BAB I

DASAR TEORI

 

1.1  Pengertian

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat mekanik yang paling penting dan dominan dalam desain bangunan dan proses manufaktur. Setiap bahan atau material memiliki karakteristik yang berbeda (kekerasan, kelenturan, dll). Untuk dapat menentukan sifat mekanik suatu bahan diperlukan pengujian, dan salah satu pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian tarik. Pengujian ini berfungsi untuk menentukan tingkat kekuatan material dan mengidentifikasi karakteristik material.

Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban atau tegangan tanpa menyebabkan bahan tersebut putus. Kekuatan tarik material diperoleh berdasarkan hasil uji tarik (tensile test), yaitu berdasarkan uji standar seperti ASTM, JIS, DIN, dll. Untuk melakukan uji tarik, dibuat suatu benda uji dari bahan yang akan diuji sesuai dengan standar yang digunakan.

Dalam uji tarik, sampel dikenai beban yang terus meningkat dalam arah tegak lurus terhadap penampang, dan sebagai akibat dari beban, panjang sampel berubah. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang () akan dicatat pada mesin uji tarik dalam bentuk grafik, yang merupakan fungsi dari beban dan kenaikan, atau lebih dikenal dengan grafik P. P adalah hukum yang membatasi validitas. Oleh karena itu titik p juga disebut batas proporsional. Sedikit lebih tinggi dari titik p adalah titik e, yang merupakan batas elastis.Ketika beban dihilangkan pada titik ini, panjangnya tidak bertambah secara permanen, dan benda uji kembali ke panjang semula. Area di bawah titik e disebut zona elastis. Di atas itu disebut zona plastik.

Ada beberapa spesimen untuk uji tarik. Uji Tarik adalah suatu metode pengujian kekuatan (tensile strength) suatu bahan/material dengan memberikan beban aksial (gaya statis) dan menerapkannya secara perlahan atau cepat. Hasil unjuk kerja mekanik dari pengujian ini diperoleh berupa kekuatan dan elastisitas material.

Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva hasil uji tarik. Selain kekuatan dan elastisitas, sifat lain yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan luluh dari material

2. Keuletan dari material

3. Kelentingan dari suatu material


Uji tarik yang akan dilakukan pada praktikum ini sesuai dengan standar American Society for Testing Materials (ASTM). Untuk uji tarik dengan spesimen logam, sesuai dengan ASTM E mengenai panjang gage length yang 4 kali diameter spesimen. Spesimen uji tarik berbentuk silinder dengan ukuran adalah sebagai berikut:

 

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled.jpg

Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.

Pengujian tarik adalah dasar untuk pengujian mekanis bahan. Spesimen standar dikenai beban uniaksial, yang menyebabkan spesimen diregangkan dan bertambah panjangnya sampai akhirnya putus. Dibandingkan dengan tes lain, pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat standar. Agar pengujian menghasilkan nilai yang efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: bentuk dan ukuran sampel, pilihan perlengkapan, dll.

1.      Bentuk dan Dimensi Spesimen uji

Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan terjadi di daerah gage length.

 

a.       Grip and Face Selection

Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.

 

Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan dengan estándar baku pengujian.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled1.jpg

Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji Tarik

 

Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian yang didapatkan.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled2.jpg?w=614

Gambar  3.  Contoh kurva uji tarik

Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:

s= P/A0

Keterangan ;     s   : besarnya tegangan (kg/mm2)

P   : beban yang diberikan (kg)

A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)

Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled3.jpg?w=614

Ket      e : Besar regangan

L   : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)

Lo : Panjang awal benda uji (mm)

 

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.

 

Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.

 

Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan :

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled4.jpg?w=614

Ket      E  : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),

e : regangan

σ  : Tegangan (kg/mm2)

 

Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.

 

Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:

 

1.      Kekuatan tarik

2.      Kuat luluh dari material

3.      Keuletan dari material

4.      Modulus elastic dari material

5.      Kelentingan dari suatu material

6.      Ketangguhan.

 

1.2 Kekuatan Tarik

 

Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda uji.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled5.jpg?w=614

 

di mana, Su = Kuat tarik

Pmaks  = Beban maksimum

A0 = Luas penampang awal

 

Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.

Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.

 

Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya, karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.

 

Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang akan digunakan.

 

1.      Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.

2.      Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.

3.      Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.

 

1.3 Kekuatan luluh (yield strength)

 

Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled6.jpg?w=614

 

Ket      v Ys  : Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)

Py  : Besarnya beban di titik yield (kg)

Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)

 

Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar ditentukan secara teliti.

 

Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled7.jpg?w=614

 

 

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional.

 

1.4  Pengukuran Keliatan (keuletan)

 

Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter, 1993]:

 

1.      Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.

2.      Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.

3.      Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan

 

1.5 Modulus Elastisitas

 

Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.

 

Secara matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled8.jpg?w=614

 

 

 

Dimana, s = tegangan

ε = regangan

 

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled10.jpg?w=614

Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]

 

1.6 Kelentingan (resilience)

 

Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :

 

Uo = ½ σxеx

 

Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled11.jpg?w=614

 

 

 

Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah.

 

1.7         Ketangguhan (Toughness)

 

Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0) adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.

 

UT ≈ su ef

 

Atau

 

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled12.jpg?w=614

 

Untuk material yang getas

 

https://sersasih.files.wordpress.com/2011/07/untitled13.jpg?w=614

 

 

 

Keterangan;    UT  : Jumlah unit volume

 

Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah sejati sering tidak tepat nilai.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

METODE PRKTIKUM

 

2.1 Alat-Alat

1. Masin uji tarik

2. Jangka sorong

3. Meteran

 

2.2 Baha-Bahan

1. Sampel berbentuk plat

2. Sampel berbentuk kawat

 

2.3 Prosedur Percobaan

1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar

2. Mengkur panjang awal (Lo) dan luas penampang irisan benda uji.

3. Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada mesin uji tarik.

4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda uji putus.

5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala.

6. Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan keduanya seperti semula.

7. Mengukur panjang regangan yang terjadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ANALISA DATA

 

3.1 Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan data-data berikut,dengan spesimen uji adalah wire dan strip.

Tabel 2. Data hasil percobaan uji tarik

Keterangan :

T : Tebal Sampel Uji                      YS    : Yield strength

W : Lebar Sampel Uji                     TS    : Tensile strength

So : Luas Sampel Uji                     % EL : % elongation

Lo : Gage Lenght                            LI     : Perpanjangan

 

 

 

 

 

 

 

 

3.2 Pembahasan

Pada percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan alumunium berbentuk pelat dan kawat. Proses pengujiannya adalah dengan cara memasangkan specimen pada alat uji tarik. Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian dilakukan sampai terjadi fracture dan dapat diketahui UTS dan tegangan luluhnya.

3.2.1 Uji tarik kawat logam

Berdasarkan hasil pengujian tarik pada bahan kawat yang dilakukan, didapatkan grafik sebagai berikut:

Untitled

Gambar 5 Grafik hasil uji tarik pada bahan kawat

Dari gambar 5 dapat dilhat perubahan grafik dari deformasi elastis menjadi deformasi plastis, perubahan tersebut terjadi pada saat nilai mencapai 364,64 N/mm dan fenomena fracture terjadi pada saat regangan bertambah 200 mm.Ultimate Tensile Strengh yang dicapai oleh kawat dicapai pada saat nilai mencapai 365,303 N/mm dan tensile strength didapat sebesar 365,303N/mm dimana tensile strength ini adalah nilai akhir sebelum terjadinya patahan.Pertambahan panjang ini terjadi akibat gaya yang diberikan hingga mencapai putus dan terbukti makin besar tegangan maka makin panjang regangan yang didapat.

3.2.2 Uji tarik pelat logam

Percobaan dengan menggunakan specimen uji berbeda dengan mengguanakan pelat terlihat sedikit perbedaan baik dari nilai maupun nilai pertambahan panjang karena specimen ketika mengalami patah ujung dari permukaan patahan menjadi tidak lurus melainkan patahannya miring. Perbandingan dapat dilihat pada gambar 7.

Untitled

Gambar 7 Grafik hasil uji tarik pada bahan pelat

 

Dari gambar 7, titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis berada pada nilai 303.94 N/mm dapat diketahui bahwa nilai yang berada pada tittik tersebut menunjukkan kekuatan luluh (yield strength),  . Sedangkan nilai kekuatan tarik (tensile strength), yaitu merupakan titik akhir pengujian tarik yang ditandai dengan perpatahan berada pada nilai 2620 N/mm.

Pengujian yang sudah dilakukan mendapat perbedaan data yang dapat dibandingkan dari kedua jenis specimen yaitu specimen uji berbentuk kawat dan specimen uji berjenis pelat atau strip. Pada pengujian antara dua specimen ini terlihat bahwa kekuatan tarik makasimum kawat lebih besar dibandingkan kekuatan tarik maksimum pada pelat, tetapi kekuatan luluh pada kawat lebih rendah dibandingkan kekuatan luluh pada pelat.Faktor penyebab ini adalah perbedaan dimensi terutama dimensi standar yang digunakan berbeda-beda.

Pada perlakuan awal dari kedua specimen pun berbeda.Pada kawat merupakan hasil dari proses ektrusi (penarikan), yang menyebabkan sifat dari specimen uji menjadi lebih keras. Pada bahan pelat merupakan hasil dari proses pengerolan, yang mempunyai sifat lebih ulet dari kawat.

Dari kurva hasil uji tarik dapat diperoleh keterangan bahwa bahan yang berbentuk pelat lebih ulet dari pada bahan yang berbentuk kawat. Sebaliknya, bahan yang berbentuk kawat lebih keras dari pada bahan yang berbentuk pelat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain :

1.      Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tarikan, berdasarkan hasil percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, plat mengalami perpanjangan lebih kecil dari kawat dikarnakan luas penampang kawat lebih kecil dibanding plat

2.      Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva hasil uji tariknya juga berbeda.

3.      Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah dimensi yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of Material”, Alternate Edition, PWS Engineering, Boston, USA

Suselo Suluhito, dkk, 2010, Pengujian Test Tensile, ITB Bandung

Rafe’I, Ahmadi, 2011, Laporan Material Uji Tarik, PT Untirta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUJIAN GRAFIK TEGANGAN – REGANGAN SEBENARNYA DAN SIFAT MEKANIK DARI GRAFIK UJI TARIK

MAKALAH PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON