PENGUJIAN GRAFIK TEGANGAN – REGANGAN SEBENARNYA DAN SIFAT MEKANIK DARI GRAFIK UJI TARIK
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Pengertian
Kekuatan tarik adalah
salah satu sifat mekanik yang paling penting dan dominan dalam desain bangunan
dan proses manufaktur. Setiap bahan atau material memiliki karakteristik yang
berbeda (kekerasan, kelenturan, dll). Untuk dapat menentukan sifat mekanik
suatu bahan diperlukan pengujian, dan salah satu pengujian yang sering
dilakukan adalah pengujian tarik. Pengujian ini berfungsi untuk menentukan
tingkat kekuatan material dan mengidentifikasi karakteristik material.
Kekuatan tarik adalah
kemampuan suatu bahan untuk menerima beban atau tegangan tanpa menyebabkan
bahan tersebut putus. Kekuatan tarik material diperoleh berdasarkan hasil uji
tarik (tensile test), yaitu berdasarkan uji standar seperti ASTM, JIS, DIN,
dll. Untuk melakukan uji tarik, dibuat suatu benda uji dari bahan yang akan
diuji sesuai dengan standar yang digunakan.
Dalam uji tarik, sampel
dikenai beban yang terus meningkat dalam arah tegak lurus terhadap penampang,
dan sebagai akibat dari beban, panjang sampel berubah. Perubahan beban (P) dan
perubahan panjang () akan dicatat pada mesin uji tarik dalam bentuk grafik,
yang merupakan fungsi dari beban dan kenaikan, atau lebih dikenal dengan grafik
P. P adalah hukum yang membatasi validitas. Oleh karena itu titik p juga
disebut batas proporsional. Sedikit lebih tinggi dari titik p adalah titik e,
yang merupakan batas elastis.Ketika beban dihilangkan pada titik ini,
panjangnya tidak bertambah secara permanen, dan benda uji kembali ke panjang
semula. Area di bawah titik e disebut zona elastis. Di atas itu disebut zona
plastik.
Ada beberapa spesimen
untuk uji tarik. Uji Tarik adalah suatu metode pengujian kekuatan (tensile
strength) suatu bahan/material dengan memberikan beban aksial (gaya statis) dan
menerapkannya secara perlahan atau cepat. Hasil unjuk kerja mekanik dari
pengujian ini diperoleh berupa kekuatan dan elastisitas material.
Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva hasil uji tarik. Selain kekuatan dan elastisitas, sifat lain
yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan
luluh dari material
2. Keuletan
dari material
3. Kelentingan
dari suatu material
![]() |
Uji tarik yang akan dilakukan pada praktikum ini sesuai dengan standar American Society for Testing Materials (ASTM). Untuk uji tarik dengan spesimen logam, sesuai dengan ASTM E mengenai panjang gage length yang 4 kali diameter spesimen. Spesimen uji tarik berbentuk silinder dengan ukuran adalah sebagai berikut:
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan
material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran
standar.
Pengujian tarik adalah dasar untuk pengujian mekanis bahan.
Spesimen standar dikenai beban uniaksial, yang menyebabkan spesimen diregangkan
dan bertambah panjangnya sampai akhirnya putus. Dibandingkan dengan tes lain,
pengujian tarik relatif sederhana, murah dan sangat standar. Agar pengujian
menghasilkan nilai yang efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: bentuk
dan ukuran sampel, pilihan perlengkapan, dll.
1.
Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar
dan spesifikasi dari ASTM E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena
kita harus menghindari terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang
lainnya. Jadi standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan
patahan terjadi di daerah gage length.
a.
Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting.
Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau
bahkan pecah dalam daerah grip (jaw break). Ini akan menghasilkan hasil yang
tidak valid. Face harus selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan
grip. Agar spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan
pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan
dengan estándar baku pengujian.
Gambar 2. Dimensi dan ukuran
spesimen untuk uji Tarik
Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil pengujian
yang didapatkan.
Gambar 3. Contoh kurva uji tarik
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur
rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji.
Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:
s= P/A0
Keterangan ; s
: besarnya tegangan (kg/mm2)
P
: beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji
(mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva
tegangan-regangan teknik adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh
dengan cara membagi perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan
dengan panjang awal. Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Ket e
: Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo
: Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan,
temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan
logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan
berbanding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan,
daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan
disebut daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan
kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah
ini bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya
regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui
nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan :
Ket E : Besar modulus elastisitas (kg/mm2),
e
: regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan
bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas
penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang
diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai
pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan
tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut
dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian
akan didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji,
sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
1.
Kekuatan tarik
2.
Kuat luluh dari material
3.
Keuletan dari material
4.
Modulus elastic dari material
5.
Kelentingan dari suatu material
6.
Ketangguhan.
1.2 Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate Tensile
Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate Tensile
Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang lintang awal benda
uji.
di mana, Su = Kuat tarik
Pmaks = Beban maksimum
A0
= Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus
dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk
keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan
sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang
bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang
liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam
dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan
ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali
kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui.
Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada
kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan
pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang
liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan
kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak
dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip
dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah dihasilkan
kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk keperluan spesifikasi
dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang diperluas antara kekuatan
tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan kekuatan lelah, sering
dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik merupakan kriteria
yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai
teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas
luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang
akan digunakan.
1.
Batas elastik sejati berdasarkan
pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas
elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus
dislokasi.
2.
Batas proporsional adalah tegangan
tertinggi untuk daerah hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga
ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva
tegangan-regangan.
3.
Batas elastik adalah tegangan
terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa
permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan bertambahnya
ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu
batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara
pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan
pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas
proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
1.3 Kekuatan luluh (yield strength)
Salah
satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil pengujian tarik adalah
kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh ( yield strength) merupakan titik
yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter,
1993]. Besar tegangan luluh dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai
berikut.
Ket v Ys
: Besarnya tegangan luluh (kg/mm2)
Py : Besarnya beban
di titik yield (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai
teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang
sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan
yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis
yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika
Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e =
0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah
setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan
kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang
0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam.
Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff
stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh
dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan
spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran
batas elastik atau batas proporsional.
1.4
Pengukuran Keliatan (keuletan)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban
pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter,
1993]:
1.
Untuk menunjukan elongasi di mana
suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu
pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2.
Untuk memberi petunjuk secara umum
kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis
sebelum patah.
3.
Sebagai petunjuk adanya perubahan
permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
1.5 Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi
perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu
sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah
oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara
matematis persamaan modulus elastic dapat ditulis sebagai berikut.
Dimana,
s = tegangan
ε = regangan
Tabel
1. Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]
1.6 Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap
energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila
bebannya dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai
modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan
untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo. Energi regangan
tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
Uo
= ½ σxеx
Dari definisi diatas, modulus
kelentingan adalah :
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan
beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen,
misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.
1.7
Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan
(Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Pada umumnya
ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah
satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah
kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume
yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0)
adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
UT
≈ su ef
Atau
Untuk
material yang getas
Keterangan; UT :
Jumlah unit volume
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi
luas penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan
tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data
yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah
sejati sering tidak tepat nilai.
1.8 Pemberian Beban
Spesimen akan diberi beban uji aksial yang semakin besar
secara kontinyu. Akibat dari pembebanan aksial tersebut, spesimen akan
mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆L)
tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi beban dan
pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P – ∆L dan kemudian dijadikan
grafik Stress-Strain yang menggambarkan sifat bahan secara umum seperti pada
Gambar 4 berikut ini.
Gambar
4. Grafik P – ∆L hasil pengujian tarik
Keterangan :
A = Titik propolsionalitas
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah
Dari Gambar 4 di atas tampak bahwa sampai titik A
perpanjangan sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku
hukum Hooke, sedangkan titik C merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh
karena itu titik A di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik A
terdapat titik B yang merupakan batas elastis di mana bila beban dihilangkan
maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali ke panjang
semula.
Daerah di bawah titik B disebut daerah elastis. Sedangkan di
atasnya disebut daerah plastis. Di atas titik B terdapat titik C yang merupakan
titik yield (luluh) yakni di mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa
pertambahan beban yang berarti. titik yield merupakan keadaan dimana spesimen
terdeformasi dengan beban minimum.
Pada kenyataannya karena perbedaan antara ketiga titik A, B
dan C sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ketiga
titik tersebut cukup diwakili dengan titik C saja. Dalam kurva titik yield
ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap. Titik C
ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet misalkan besi murni
dan baja karbon rendah, titik C tampak sangat jelas. Namun pada umumnya
penampakan titik C tidak tampak jelas.
1.9 Metode Offset
Untuk
kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.
Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan
garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal.
Titik yield didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar
5. Metode offset untuk menentukan titik yield
1.10
Persiapan Pengujian Tarik
a) Chuck
Chuck
memiliki peranan penting yang merupakan komponen mesin uji tarik yang berfungsi
sebagai pemegang benda kerja atau spesimen. Oleh karena itu sebelum melakukan
pengecekan terlebih dahulu terhadap chuck.
b) Tuas pemutar
Tuas
pemutar berfungsi sebagai pemutar atau penggerak poros, dimana poros ini
memutar roda-roda gigi pada mesin uji tarik yang berfungsi menarik chuck bagian
bawah sehingga benda uji ikut tertarik. Pada saat benda uji tertarik disinilah
terjadi pembebanan tarik pada benda uji.
c) Load Cell
Load
Cell berfungsi sebagai pengukur tegangan tarik atau pembebanan yang terjadi
pada spesimen. Pemasangan Load Cell harus sesumbu dengan chuck bagian atas dan
bawah. d) Indikator Indikator berfungsi menampilkan beban tarik dari Load Cell
dan sebagai penghubung ke komputer.
e) Perakitan indikator ke komputer
Load
cell yang sudah terpasang ke indikator sebenarnya sudah bisa dikatakan cukup,
akan tetapi untuk lebih efisien, maka perlu ditambahkannya memory sebagai
perekam hasil pembebanan uji tarik yang telah dilakukan. Dalam tugas akhir ini,
dirancang menggunakan komputer sebagai perekam hasil uji tarik.
1.11 Tegangan Regangan
Sejati (Sebenarnya)
Kurva regangan regangan sejati atau biasa juga disebut kurva
tegangan regangan sebenarnya dapat dihitung dengan menggunakan data dari kurva
tegangan regangan sejati. Adapun perhitungannya menggunakan persamaan persamaan
berikut:
Tegangan sejati atau sebenarnya
dihitung sebagai berikut:
σ
= S ( 1 + e )
Persamaan
Ini dapat diturunkan dari:
σ
= P/Ai atau = P x 1/Ai (persamaan 1)
Volume
awal adalah A0 x l0 dan volume setelah dideformasi dengan perubahan panjang dan
penampang adalah Ai x li. Tanpa terjadi perubahan volume maka,
A0
x l0 = Ai x li atau A0/Ai = li/l0 atau
1/Ai
= 1/A0 x li/l0 (persamaan a)
sedangkan
diketahui bahwa elongasi adalah
e
= (l1 – l0)/l0 x 100% atau e = (l1/l0 – 1) x100% atau
1
+ e = l1/l0 (persamaan b)
substitusi
persamaan b ke persamaan a, maka
1/Ai
= 1/A0 x (1 + e) (Persamaan c)
Substitusi
persamaan c ke persamaan 1, maka
σ
= P x 1/A0 x (1 + e) jadi
σ= P/A0 x (1 + e) diketahui P/A0 adalah S, maka
σ
= S (1 + e)
Regangan sejati atau sebenarnya
dihitung sebagai berikut:
ε
= ln ( 1 + e)
e
= (l1 – l0)/l0 x 100%
e
= Δl/l0 x 100%
l1
= panjang ukur, gauge length sampale uji setelah perpanjangan
l0
= panjang ukur, gauge length awal sampel uji.
Regangan
sejati dapat pula dihitung dengan persamaan berikut:
ε
= ln ( A0/Ai)
A0
= luas penampang awal atau mula-mula
Ai
= luas penampang sesaat pada regangan atau gaya tertentu.
Posisi
kurva tegangan regangan sejati terhadap kurva tegangan regangan rekayasa atau
nominal dapat dilihat pada gambar tersebut. Dapat dilihat bahwa tegangan yang
diperlukan untuk terjadinya deformasi plastis terus meningkat dengan
membesarnya regangan yang dialami oleh bahan uji. Hal ini berbeda dengan yang
ditunjukkan dengan kurva tegangan regangan rekayasa atau nominal.
Gambar
6. Kurva Tegangan Regangan Sebenarnya
Pada kurva rekayasa, tegangan dihitung terhadap luas
penampang awal yaitu A0. Sedangkan pada kurva sejati, tegangan dihitung
terhadap luas penampang sesaat yaitu Ai. Luas penampang sampel uji tarik akan
mengecil ketika regangan semakin besar. Dengan demikian nilai tegangan sejati
akan menjadi lebih besar daripada tegangan rekayasa.
Konsep Kurva Tegangan-Regangan Pada
Uji Tarik
Konstanta
proporsionalitas tersebut dikenal sebagai Modulus Elastisitas (E) atau Modulus
Young dan dengan kemiringan yang sama pada diagram tegangan-regangan dari O ke
A.
Pada
titik A hingga ke titik B, bahan masih pada kondisi elastis yaitu, bahan dapat
kembali ke bentuk asalnya ketika gaya yang bekerja padanya dihilangkan.
Jika
spesimen diberikan gaya hingga melebihi titik B, maka akan terjadi perubahan
bentuk secara permanen terjadi atau pada kondisi tersebut, spesimen memasuki
daerah deformasi plastis. Pada daerah deformasi plastis, regangan tidak dapat
sepenuhnya hilang meskipun dengan menghilangkan gaya yang bekerja. Jika gaya
yang diberikan meningkat lebih jauh hingga mencapai titik C dimana pada kondisi
tersebut regangan terjadi meskipun tegangan tidak meningkat. Titik ini disebut
dengan (Yield point). Pada kenyataannya, terdapat dua titik yield point yaitu
titik C dan D yang masing-masing disebut sebagai Upper dan Lower yield point.
Dengan
regangan yang lebih lanjut, efek dari fenomena tersebut dikenal dengan strain
hardening (Pengerasan regangan) atau Work hardening (pengerasan kerja).
Spesimen uji pada kondisi tersebut mampu menerima lebih banyak tegangan. Jika
gaya yang diberikan pada spesmen semakin meningkat maka akan mecapai titik E.
Dimana itik E ini adalah titik tertinggi dalam kurva tegangan-regangan dan
mewakili nilai tegangan maksimum yang diterima oleh spesimen atau dikenal
dengan Ultimate Tensile Strength (UTS). Nilai dari Ultimate Tensile Strength
(UTS) ini sama dengan gaya maksimum yang diberikan dibagi dengan luas penampang
awal (A0) dari spesimen uji.
Di
sini, efek peningkatan beban pada area penampang spesimen harus
mempertimbangkan. Dengan meningkatnya deformasi plastis, luas penampang
spesimen akan berkurang. Namun untuk perhitungan tegangan dalam grafik
tegangan-regangan, luas penampang awal perlu dipertimbangkan. Berdasarkan pengaruh
luas penampang tersebut, akan terjadi kerusakan spesimen yang berpengaruh
terhadap luasan penampang yang terjadi pada titik F dengan tingkat tegangan
yang lebih rendah daripada titik E. Setelah titik E Ultimate Tensile Strength
(UTS), terjadi pengurangan signifikan pada luas penampang spesimen uji dan akan
terbentuk "Neck" di tengah spesimen. Tegangan putus sebenarnya jauh
lebih tinggi daripada UTS, jika berkurangnya luas penampang spesimen uji
diperhitungkan.
Ukuran
kekuatan suatu material adalah Ultimate Tensile Strength (UTS) atau tegangan
yang terjadi pada titik E. Namun, pada perancangan dan pemilihan material,
titik luluh (Yield point) lebih perlu diperhatikan, karena harus memastikan
bahwa material yang dipilih harus dapat menahan kekuatan tanpa terjadi
deformasi plastis/luluh. Tegangan luluh pada titik D adalah dua pertiga dari
UTS dan disebut sebagai kekuatan luluh material.
Dalam
praktik sebenarnya, untuk menentukan besarnya Ultimate Tensile Strength (UTS)
perlu dilakukan pengujian tarik yang dilakukan pada mesin uji tarik atau mesin
uji universal. Potongan spesimen uji yang digunakan untuk uji tarik telah
distandarisasi. Potongan spesimen uji standar ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar
7. Spesimen Uji tarik kurva tegangan regangan
Definisi Lain
Tegangan-regangan teknik tidak memberikan
indikasi karekteristik deformasi yang sesungguhnya, karena kurva tersebut
semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian
terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi
penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap
ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang
dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil.
Gambar
8. Kurva
tegangan-regangan teknis
Tegangan-regangan
teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan sebenarnya
menunjukkan, logam masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga
tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar.
Tegangan yang sesungguhnya adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas
penampang lintang benda uji, Ao dimana beban itu bekerja. Tegangan-regangan
rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan panjang) dari benda uji,
sementara untuk mendapatkan tegangan-regangan sejati diperlukan luas area dan
panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva
tidaklah terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan
pada rentang terjadinya pengerasan regangan, yaitu setelah titik luluh
terlampaui. Secara khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah
necking (pengecilan penampang). Pada tegangan regangan rekayasa, dapat
diketahui bahwa benda uji secara aktual mampu menahan turunnya beban karena
luas area awal Ao bernilai konstan pada saat penghitungan tegangan P/ Ao .
Sementara pada kurva tegangan-regangan sejati luas area aktual adalah selalu
turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatan
tegangan karena ' P/ Ai . Hubungan tegangan-regangan sejati dan
tegangan-regangan teknis, yaitu dengan persamaan sebagai berikut:
Gambar
9. Perbandingan
antara kurva tegangan regangan teknik Dengan kurva tegangan regangan sejati
1.12 Sifat Mekanik
Pada proses mendesain produk, ketika memilih material harus
diperhatikan properti (sifat) dari material tersebut, sehingga pada saat digunakan tidak mengalami kegagalan
(mis: deformasi yang berlebihan, patah). Sifat mekanik: kekuatan, keuletan,
kekakuan, kelentingan, ketangguhan, kekerasan, ketahanan terhadap impak,
kekuatan fatique.
BAB II
METODE PRKTIKUM
2.1 Alat-Alat
1. Masin uji tarik
2. Jangka sorong
3. Meteran
2.2 Baha-Bahan
1. Sampel berbentuk plat
2. Sampel berbentuk kawat
2.3 Prosedur Percobaan
1. Mengukur benda uji dengan ukuran standar
2. Mengkur panjang awal (Lo) dan luas penampang irisan benda
uji.
3. Mengukur benda uji pada pegangan
(grip) atas dan pegangan bawah pada mesin uji tarik.
4. Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik
sampai benda uji putus.
5. Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada
skala.
6. Melepaskan benda uji pada
pegangan atas dan bawah, kemudian satukan keduanya seperti semula.
7. Mengukur panjang regangan yang terjadi.
2.4 Langkah-langkah
pengujian tarik
1.
Lakukan pengecekan terhadap mesin uji tarik.
2. Settimg atau lakukan pengaturan pada indicator,
seperti ketelitian Load Cell pada tampilan indicator.
3.
Lakukan pengkalibrasian terhadap alat ukur Load Cell ter hadap indicator.
4.
Setting indicator, seperti satuan yang digunakan, baud rate dan lain-lain.
5.
Hubungkan kabel RS232 dari indicator ke komputer.
6.
Setting pada komputer sehingga indicator dapat terbaca.
7.
Siapkan alat ukur seperti jangka sorong atau micrometer.
8. Siapkan spesimen yang akan di uji, yaitu dengan
mengampelas spesimen, karena spesimen uji harus halus dan bersih.
9.
Ukur dimensi spesimen yang akan di uji, seperti panjang dan diameternya.
10. Pasangkan spesimen pada mesin uji tarik, pasangkan
kedua ujungnya dengan benar dan tegak lurus.
11.
Lakukan pemberian beban tarik pada spesimen
12. Penarikan atau pemberian beban tarik dimulai dari
nol, dengan penambahan beban secara merata agar tidak terjadi beban kejut.
13. Selama pengujian berlangsung akan terjadi
pertambahan panjang dan pengecilan penampang sampai terjadinya patah atau
putus.
14. Hitung berapa kali putaran tuas pemutar berputar
dari awal pembebanan hingga spesimen patah.
15.
Lakukan pencatatan data hasil pengujian.
16. Untuk memudahkan dalam pembuatan kurva uji tarik,
sebaiknya minimal setiap lima kali putaran dicatat data perubahan panjang,
diameter dan beban tariknya.
17. Setelah terjadinya patah pada spesimen atau
pengujian selesai, lakukan pengukuran lagi terhadap dimensi spesimen.
18. Olah data hasil pengujian sehingga menjadi kurva
uji tarik.
BAB III
ANALISA DATA
3.1 Hasil
Percobaan
Dari
hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan, didapatkan data-data
berikut,dengan spesimen uji adalah wire dan strip.
Tabel
2. Data hasil percobaan uji tarik
Keterangan
:
T :
Tebal Sampel Uji
YS : Yield strength
W :
Lebar Sampel Uji
TS : Tensile strength
So :
Luas Sampel Uji % EL
: % elongation
Lo :
Gage Lenght
LI : Perpanjangan
3.2
Pembahasan
Pada
percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan alumunium berbentuk pelat dan kawat.
Proses pengujiannya adalah dengan cara memasangkan specimen pada alat uji
tarik. Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian dilakukan sampai terjadi
fracture dan dapat diketahui UTS dan tegangan luluhnya.
3.2.1
Uji tarik kawat logam
Berdasarkan
hasil pengujian tarik pada bahan kawat yang dilakukan, didapatkan grafik
sebagai berikut:
Gambar
5 Grafik hasil uji tarik pada bahan kawat
Dari gambar 5 dapat
dilhat perubahan grafik dari deformasi elastis menjadi deformasi plastis,
perubahan tersebut terjadi pada saat nilai mencapai 364,64 N/mm dan fenomena
fracture terjadi pada saat regangan bertambah 200 mm.Ultimate Tensile Strengh
yang dicapai oleh kawat dicapai pada saat nilai mencapai 365,303 N/mm dan
tensile strength didapat sebesar 365,303N/mm dimana tensile strength ini adalah
nilai akhir sebelum terjadinya patahan.Pertambahan panjang ini terjadi akibat
gaya yang diberikan hingga mencapai putus dan terbukti makin besar tegangan
maka makin panjang regangan yang didapat.
3.2.2
Uji tarik pelat logam
Percobaan dengan
menggunakan specimen uji berbeda dengan mengguanakan pelat terlihat sedikit
perbedaan baik dari nilai maupun nilai pertambahan panjang karena specimen
ketika mengalami patah ujung dari permukaan patahan menjadi tidak lurus
melainkan patahannya miring. Perbandingan dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar
7 Grafik hasil uji tarik pada bahan pelat
Dari
gambar 7, titik yang menunjukan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi
plastis berada pada nilai 303.94 N/mm dapat diketahui bahwa nilai yang berada
pada tittik tersebut menunjukkan kekuatan luluh (yield strength), . Sedangkan nilai kekuatan tarik (tensile
strength), yaitu merupakan titik akhir pengujian tarik yang ditandai dengan
perpatahan berada pada nilai 2620 N/mm.
Pengujian
yang sudah dilakukan mendapat perbedaan data yang dapat dibandingkan dari kedua
jenis specimen yaitu specimen uji berbentuk kawat dan specimen uji berjenis
pelat atau strip. Pada pengujian antara dua specimen ini terlihat bahwa
kekuatan tarik makasimum kawat lebih besar dibandingkan kekuatan tarik maksimum
pada pelat, tetapi kekuatan luluh pada kawat lebih rendah dibandingkan kekuatan
luluh pada pelat.Faktor penyebab ini adalah perbedaan dimensi terutama dimensi
standar yang digunakan berbeda-beda.
Pada
perlakuan awal dari kedua specimen pun berbeda.Pada kawat merupakan hasil dari
proses ektrusi (penarikan), yang menyebabkan sifat dari specimen uji menjadi
lebih keras. Pada bahan pelat merupakan hasil dari proses pengerolan, yang
mempunyai sifat lebih ulet dari kawat.
Dari
kurva hasil uji tarik dapat diperoleh keterangan bahwa bahan yang berbentuk
pelat lebih ulet dari pada bahan yang berbentuk kawat. Sebaliknya, bahan yang
berbentuk kawat lebih keras dari pada bahan yang berbentuk pelat.
Pembacaan grafik tegangan regangan sebenarnya, grafik tegangan regangan sebenarnya
pembaginya selalu Ai. Dimana A adalah pada saat berjalannya pengujian. Specimen
yang diberi gaya akan bertambah panjang, sedangkan luas penampang turun. Ai
hanya berlaku sampai pada titik puncak. Setelah titik puncak dilakukan
interpulasi.
Pembacaan
sifat mekanik dari grafik uji tarik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Kuat tarik, tegangan maksimum yang bisa
diterima suatu benda sebelum patah
2. Kuat
luluh (yield), titik dimana terjadi perpindahan elastic menjadi plastik.
3.
Modulus elastisitas yaitu : ukuran kekakuan, perbandingan dari y/x pada
zona yang masih elastic
4. %
perpanjangan saat patah, langsung dibaca pada grafik
5. %
reduksi luas penampang saat patah, A1/A0 dikali 100%
6. Proof
stress pada tegangan 0,002 (jika tidak menampakkan yield
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan
pengujian tarik yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan,
antara lain :
1.
Pada uji coba ini kita menguji ketahanan
bahan materialnya sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan
tersebut bereaksi terhadap tarikan, berdasarkan hasil percobaan dan dari grafik
kurva uji tarik, plat mengalami perpanjangan lebih kecil dari kawat dikarnakan
luas penampang kawat lebih kecil dibanding plat
2.
Jenis material yang berbeda, dengan
perlakuan yang didapatkannya berbeda dan komposisinya yang berbeda akan
menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva hasil uji tariknya juga
berbeda.
3.
Faktor penyebab terjadinya nilai diantara
dua specimen uji tersebut adalah dimensi yang berbeda dan perlakuan yang
berbeda pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardra,
Biz, 2019, https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-baja-iron-steel/pengujian-sifat-mekanik-bahan-logam/kurva-tegangan-regangan-sejati-sebenarnya/, Diakses 09 Oktober 2021
Askeland.,
D. R., 1985, “The Science and Engineering
of Material”, Alternate Edition, PWS Engineering, Boston, USA
Budiman,
Haris, 2016, Analisis Pengujian Tarik
(Tensile Test) Pada Baja St37 Dengan Alat Bantu Ukur Load Cell, No. 1, Vol.
3, Hal. 11-12
Firmansyah,
2020, Tensile Test : Pengertian,
Prosedur, Acceptance dan Standard https://www.detech.co.id/tensile-test/,
diakses 23 September 2021
Gabriel
Sianturi MT, https://repository.unikom.ac.id/35775/1/Uji
Tarik.ppt, Diakses 09
Oktober 2021
https://www.etsworlds.id/2020/01/kurva-tegangan-regangan-stress-strain.html, diakses 09 Oktober
2021
Suselo Suluhito, dkk, 2010, Pengujian Test Tensile, ITB Bandung
Rafe’I, Ahmadi, 2011, Laporan Material Uji Tarik, PT Untirta
Komentar
Posting Komentar